Showing posts with label Sastra. Show all posts
Showing posts with label Sastra. Show all posts

26.2.12

Doa di Kerja

Kenapa doa dibedakan dari kerja? bukankah kerja adalah doa yang sebenarnya? mengapa kau begitu mendewakan doa? Bukankah doa dengan tangan menengadah hanyalah 1 persen dari 99 persen usaha? mengapa kau tidak berpikir?" (Sujewo tejo, Majalah detik "jancukan angie & Blackberry"

18.11.11

Ronggeng dan Sang Penari

Setelah FTV "Undangan Kuning" ditayangkan SCTV 30 September 2011 yang lalu satu lagi Film yang berlatar belakang budaya Banyumas yaitu Film Sang Penari. Film yang di adaptasi dari novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya maestro banyumas, Ahmad Tohari. Saya sempat membaca satu dari trilogi buku ini yaitu saat duduk di  Sekolah Menengah Pertama, dari situ saya tahu bahwa sang pengarang berasal dari Banyumas, daerah saya dbesarkan.

27.4.11

Emha

Emha Ainun Nadjib atau bisa dipanggil cak nun, seorang kyai, budayawan sekaligus sastrawan. Ia bukan lulusan perguruan tinggi terbaik tetapi lulusan universitas kehidupan terbaik. Seandainya dia mempunyai syahwat poltik praktis yang besar mungkin saja ia sudah menjadi pejabat tetapi ia memilih jalan lain yang ia sebut "jalan sunyi".

Jalan yang lebih merakyat atau mendekat ke masyarakat atau istilah kerennya grassrote, dengan jamaah maiyahnya yang tersebar di seluruh Indonesia, kalau jadi partai mungkin sudah lolos verifikasi Dephumham.

23.9.10

KERENDAHAN HATI

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan
tinggi rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri

(Taufik Ismail)

5.5.10

Bunga dan Tembok

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendakiadanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!
(Puisi oleh Wiji Thukul)

7.4.10

Sajak terakhir WS Rendra

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku

Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku

Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja".

(Sajak terakhir WS Rendra, diambil dari milis sebelah)

19.3.09

Kehadiranmu

kehadiranmu belum menyejukanku
tidak ada beda antara ada dan tanpa dirimu
engkau masih sekedar bayang-bayang yang kadang-kadang terlihat jelas
kadang tidak tampak sama sekali

Kehadiranmu belum memanjakanku
belum bisa menjadi obat kegelisahanku
belum bisa menjadi penawar kesepianku
apakah aku perlu mencari lagi
perlu mencari lagi

6.4.08

YANG BUKAN ALLAH TIDAK AKBAR

Allahu AkbarAllahu AkbarAllahu Akbar
Yang selain Allah tidak Akbar
Segala yang bukan Allah
Hanya dipinjami sedikit kebesaranHanya diciprati
kebesaran yang kecil
Kebesaran yang kerdil

Kebesaran yang jika pemakainya merasa besar
Di hadapan Allah ia akan terkucil
Allahu AkbarAllahu AkbarAllahu Akbar
Gunung tidak besar
Laut kecilAlam kecil
Manusia kecil
Kebesaran itu sendiri kecil
Sebagaimana akbar tak berlaku bagi akbar itu sendiri
Karena Allah tunggal dan tak tersaingi
Allahu AkbarAllahu AkbarAllahu AkbarTakbir tidak akbarTabligh tidak akbar
Pengajian tidak akbarIstighotsah tidak akbarAgama dan politik itu kecil
Negara dan kekuasaan itu kerdil
Karena tidak ada pemeran pengganti
Bagi Allah yang akbar abadi


-Emha Ainun Nadjib-

17.9.04

Tanpa Arah

Aku seperti layang-layang dilangit
putus talinya
aku seperti perahu tanpa layar
dilautan luas
aku sperti berjalan dalam gelap
mana depan mana belakang
kucari sesuatu yang bisa jadi pegangan
sulit.........
sia-sia saja kumencariyang kucarai tak kunjung kudapatkan
aku terus mencoba
aku yakin suatu saat pasti kutemukan
walau putus asa selalu menghampiriku
tapi kupercayaputus asa yang kurasakan
yang membuat ku bertahan
yang membuat ku melawan
yakinlah...

15.8.04

kau yang jauh

Fajar yang damai memancarkan sinar biru
Biru..biru....
Hembusan kegembiraan yang tulus
Penuh dengan cita
wah indahnya...

Senjapun datang
Sinarnya lembut
Dan aku seperti terlebur masuk kedalamanya
Penuh dengan keindahan
indah....

Ketika malam tiba
Bulan sabit tertawa dalam kegelapan
aku jadi teringat
Entah siapa

Aku pun berharap
Kau yang jauh disana
Pun dapat tertawa
Walaupun dalam dunia kita masing-masing
Dan akhirnya aku akan tidur dengan senyum
senyum...senyum....