Showing posts with label Resensi. Show all posts
Showing posts with label Resensi. Show all posts

27.9.10

Inspirasi 3 Idiots

Aku ingat film 3 Idiots sebuah film Bollywod yang cukup inspiratif, kisah ke'bodoh'an tiga sahabat yang kuliah di sebuah institut teknik yang cukup terkenal dengan menghasilkan lulusan yang bekerja di perusahaan besar. Mereka adalah Farhan, Raju dan Rancho.Institut ini dipimpin professor Viru Sahastrabudhhe yang otoriter dan menganggap paling pintar sehingga ia mendapat julukan ViruS,oleh mahasiswanya. Kisah bermula ketika proses penerimaan mahasiswa baru, kalau di indonesia dikenal dengan istilah OSPEK atau perpeloncoan di mana senior akan mengerjai juniornya. Yang menarik adalah sambutan Professor ViruS kepada Maba yang ternyata tiap tahun sama "murid-muridku ada beribu-ribu orang yang ingin masuk perguruan tinggi yang bergengsi ini, termasuk anakku yang tiga kali ikut tes dan gagal, kalian adalah manusia-manusia pilihan yang telah beruntung masuk, untuk itu sadarilah hidup adalah sebuah perlombaan, jika Anda tidak cukup cepat, maka Anda akan diinjak-injak". Itulah pandangan umum termasuk kita, bahwa hidup itu kompetisi yang menang yang menjadi juara dan sukses sedangkan yang kalah akan siap-siap di injak-injak dan di ejek.

Akan tetapi ada seorang yang mempunyai pandangan berbeda yaitu Rancho, yang di film ini diceritakan sebagai mahasiswa baru (maba) yang cerdas tapi mempunyai jiwa-jiwa pemberontakan ia memandang bahwa universitas bukan tempat yang menghasilkan pekerja dengan gaji yang besar sehingga berlomba-lomba menjadi yang terbaik, sesungguhnya universitas agar kita bisa hidup bahagia dengan sesuatu penghargaan yang kita punyai. Satu dialog yang cukup berkesan antara 3 sahabat farhan, raju dan rancho.Farhan dan raju bertanya "kenapa nilai kita selalu terjelek sedangkan kamu, rancho nilaimu selalu terbaik. Kemudian rancho dengan tersenyum dia berkata " Ini jiwaku, jiwaku pada mesin dan teknik sedang kamu tidak, kamu farhan, jiwamu di fotografi sedangkan kamu raju, rasa takutmu mengalahkan segalanya". (wh)

7.4.09

Memerdekaan Hati Baru


" Buku ini tidak sebaik Ganti Hati yang saya terbitkan akhir tahun 2007 lalu. Buku Hati Baru ini tidak memiliki unsur "drama" sebagaimana yang tergambar secara kuat di buku Ganti Hati" (Hati Baru, 2008 :1)

Begitulah salah satu keresahan Dahlan Iskan mengenai buku Hati Baru yang merupakan buku kedua tentang proses ganti hati. Buku Ganti Hati merupakan buku fenomenal yang laku sekitar 200.000 eksemplar, kesuksesan ini tentu sangat sulit di ulang untuk buku Hati Baru. Selain berbeda setting waktu dan kejadian, buku kedua ini seperti di 'paksa' kan ada hanya untuk sebagai bentuk 'laporan pertanggungjawaban' begitu istilah Pak Dahlan setelah satu tahun proses ganti hati.

Dengan gaya bertutur seorang jurnalis buku Ganti Hati mampu membius pembaca untuk mendalami dan menghayati bagaimana proses ganti hati seorang Dahlan Iskan. Hal ini berbeda dengan buku Hati Baru, selain tulisannya kurang mengalir, alur satu tulisan dengan yang lainnya juga kurang padu, seolah-olah tulisan satu dengan lainnya berdiri sendiri dan yang disayangkan dari buku Hati Baru ini adalah banyaknya pengulangan isi cerita, cerita yang sudah dikisahkan dalam tulisan satu dikisahkan ulang di tulisan lainnya.

Bergelut dengan hati baru dalam setahun merupakan hal yang menarik, lebih menarik lagi ini terjadi pada Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos salah satu perusahaan media cetak terbesar di Indonesia. Banyak cerita yang memang bisa diceritakan, tentu saja tidak hanya bagi orang-orang yang mempunyai penyakit hepatitis saja tetapi bisa menjadi hikmah untuk semua orang bahwa hidup ini sangatlah berharga. Sebagai CEO Jawa Pos dan berbagai posisi di beberapa perusahaan dan organisasi kemasyarakatan membuat dia sangat sibuk dan kesibukan tersebut tidak berhenti setelah proses transplatasi hati. Akibat kesibukan inilah perjuangan beliau untuk tetap menjaga agar kondisi selalu fit menjadi sangat berat. Bagaimana beliau harus pergi ke India, China dan beberapa kota di Indonesia dalam kondisi belum genap satu tahun ganti hati, sesuatu yang riskan tentunya karena ini taruhannya adalah nyawa. Berbagai peristiwa konyol seperti salah makan obat atau salah dosis atau sok keminter menjadi hikmah sendiri bagi pembaca terutama orang-orang yang sudah, sedang atau akan menjalani ganti hati, apalagi berbagai pengalaman tentang proses pengawasan setelah ganti hati. "Trust is good, control is Better" itulah kata-kata yang diucapkan oleh Robert Lai, sahabatnya yang selalu terngiang di telinga Dahlan Iskan, bagaimanapun kepercayaan itu adalah baik dan mengontrol kepercayaan adalah lebih baik. Kata-kata yang membuat Dahlan Iskan harus super-super disiplin dalam menjaga dirinya sendiri walaupun tanpa pengawasan orang lain.

Buku Hati Baru ini walaupun tidak seemosional buku pertama namun mampu memberi nilai tambah positif bagi pembaca karena selain menceritakan tentang 'perjuangan' untuk menjaga agar hatinya tetap merah, buku ini juga banyak menceritakan tentang 'perjuangan' dalam membangun perusahaannya, tidak hanya itu pemikiran-pemikirannya tentang politik, ekonomi ataupun wacana kebangsaan juga terselip diantara tulisan-tulisannya. Berbagai cerita tentang perjalanan jauhnya menjelajah India dan China sepertinya juga ingin menyentil Indonesia, bahwa negara sebesar China dan India saja bisa maju kenapa negara kita yang mempunyai potensi alam yang melimpah dan SDM yang banyak sulit sekali maju. "Ayo kita tiru China dan India dalam kemajuan ekonomi dan sumber daya manusianya dan juga pengelolaan negara" sebuah pesan yang ingin diucapkan oleh Pak Dahlan tetapi kelu diucapkan dalam kata-kata di tulisan-tulisannya.

Sepertinya Dahlan Iskan memang sangat mengerti apa yang dilakukannya, ketika orang belum mengenal TV lokal, Dahlan Iskan telah mengibarkan Jawa Pos TV (JTV) yang lalu di ikuti dengan berdirinya TV-TV lokal di berbagai daerah di Indonesia. Ketika orang belum belum banyak membicarakan tentang otonomi daerah, Dahlan Iskan dengan Jawa Pos Group-nya mampu membangun jaringan surat kabar di daerah-daerah dengan content lokal lebih banyak. Satu lagi keberanian Pak Dahlan adalah terjun dalam bidang listrik sesuatu yang sangat di takuti oleh para pengusaha karena selain kemungkinan rugi besar juga akan berhadapan dengan birokrasi yang sangat ruwet. Adalah Prof Hu, professor di Universitas tertua dan terbaik di China, Tsinhua University yang mengobarkan semangat untuk masuk dalam bisnis listrik "Saudara Dahlan, masuklah di bisnis listrik. Bantu negara kamu" (Hati Baru 2008:107). Semangat yang berkobar-kobar untuk membantu negara inilah yang membulatkan tekad untuk terjun di bisnis listrik. Maka berdirilah PLTU 2x25 MW dengan berbahan bakar batubara di Kalimantan Timur (Kaltim). Perlu diketahui Kaltim adalah daerah penghasil batubara terbesar di Indonesia tetapi sayang di sana sangat miskin listrik, bahkan hampir setiap hari byar-pet. Hal ini disebabkan Power Plant milik PLN kebanyakan menggunakan ginset berbahan bakar solar dan ini tentu saja sangat mahal.Memang sejak lama permasalahan listrik di Indonesia tidak pernah selesai, selain semakin seringnya dilakukan pemadaman bergilir juga masalah power plant yang tidak sebanding beban yang ditanggungnya. Meraih kesuksesan seperti Pak Dahlan memang tidak mudah dan itu butuh perjuangan dan pengorbanan, maka buku ini menjadi sangat menarik bukan hanya karena tulisannya tetapi juga karena penulisnya adalah Dahlan Iskan.

Dengan tidak menampik berbagai kekurangan buku ini, Buku ini sangat enak dibaca saat santai karena bahasanya ringan, mudah dipahami dan cukup inspiratif. (Wahyu Hidayat, 5 April 2009)

(Resensi untuk Newsletter Simpul Demokrasi)

21.3.09

Lethologica, Religiusitas musik letto


Setelah mengeluarkan album Truth, Cry and Lie (2005) dan Don't Make me Sad (2007), Letto sebuah grup band asal Yogyakarta mengeluarkan album ketiga yang diberi label Lethologica.Band yang terdiri dari Noe (Sabrang Mowo Damar Panuluh) sebagai vokalis, Patub (Agus Riyono) sebagai gitaris, Arian (Rian Prastowo) sebagai bassis dan dhedot (Dedi Riyono) di Drummer. Lethologica sebuah Judul yang aneh untuk sebuah album musik pop, menurut Noe dalam blog the-letto.blogspot.com, lethologica bisa diartikan sebagai kelainan psikologis di mana seseorang tak bisa mengingat kata kunci, frase, atau nama ketika melakukan pembicaraan. Dari pengertian ini, jadi ingat istilah "Missing Font" yang dicetuskan seorang teman yang selalu mengatakan itu jika ia lupa mau mengucapkan apa ketika berbicara. Sebuah judul yang kreatif, karena orang pasti akan menyamakan letho dengan letto padahal mempunyai arti yang berbeda. Selain itu dengan judul yang aneh seperti ini juga merupakan strategi bisnis yang cukup ampuh karena membuat orang penasaran dan ingin membelinya.

Ketika album pertama "Truth, Cry and Lie" banyak yang memprediksi bahwa Letto akan bertahan sebagai band papan atas Indonesia. Prediksi ini tentu bukan tanpa alasan lagu-lagu Letto sepertinya mempunyai kekhasan sendiri yaitu dari lirik-lirik yang puitis dan meneduhkan. Kekuatan kata-kata yang penuh makna inilah yang mebuat lagu Sandaran Hati (Di album pertama) dapat menyentuh relung jiwa pendengarnya dan hal semacam ini tetap terbawa di album ketiga ini. Lirik lagu Letto bisa kita bandingkan dengan lirik lagu-lagu Ebiet G Ade, yaitu selalu meneduhkan dan selalu membawa sisi-sisi religius walau tidak selalu menyebut Tuhan dalam liriknya. Lihatlah lagu "sebelum cahaya" banyak orang menafsirkan ini tentang sholat Tahajud, atau "Bunga di Malam itu" ditafsirkan merupakan ungkapan kegembiraan ketika bertemu kanjeng Nabi dalam mimpi.Di album ketiga ini religiusitas Letto dalam bermusik tidak padam, dan sepertinya religusitas menjadi ciri khasnya, lihatlah Lirik " lubang di Hati". Beberapa kalimat mengandung metafora, yang kemudian bisa ditafsirkan macam-macam.


Kubuka mata dan kulihat dunia
Tlah kuterima anugerah cintanya
Tak pernah aku menyesali yang kupunya
Tapi kusadari ada lubang dalam hati.
Kucari sesuatu yang mampu mengisi lubang ini
Kumenanti jawaban yang apa yang dikatakan oleh hati


Walau seperti band pop lain yang selalu membicarakan cinta, tapi cinta letto tidaklah absurd, tidak cengeng bahkan muncul cinta yang hakiki yaitu cinta kepada robnya. Gaya-gaya sufistik inilah yang tidak ada di band pop lainnya. Mungkin tidak tanpa alasan jika saya menyukai group band ini karena sepertinya jiwa religiusitas yang menyejukan dan universal milik emha ainun najib menitis pada putranya noe untuk menciptakan musik yang sangat khas.

Dari sisi musikalitas Album ketiga ini lebih kaya, ada unsur jazz seperti lagu Dewa 19 di tahun 90an. Bahkan dalam album ini memasukan musik ethnic, coba dengarkan lagu "Lethalogica" berbagai macam bunyi-bunyian ada dilagu ini. Walau musiknya lebih kaya, Letto tetap pada jalur pop yang "easy Listening", hal ini tidak bisa dielakan dimana Album yang laku di jual saat ini adalah pop yang lagu-lagunya enak didengar.(WH210309)



Album lethologica bisa di download di sini (ini link punya orang lain)