21.3.09

Lethologica, Religiusitas musik letto


Setelah mengeluarkan album Truth, Cry and Lie (2005) dan Don't Make me Sad (2007), Letto sebuah grup band asal Yogyakarta mengeluarkan album ketiga yang diberi label Lethologica.Band yang terdiri dari Noe (Sabrang Mowo Damar Panuluh) sebagai vokalis, Patub (Agus Riyono) sebagai gitaris, Arian (Rian Prastowo) sebagai bassis dan dhedot (Dedi Riyono) di Drummer. Lethologica sebuah Judul yang aneh untuk sebuah album musik pop, menurut Noe dalam blog the-letto.blogspot.com, lethologica bisa diartikan sebagai kelainan psikologis di mana seseorang tak bisa mengingat kata kunci, frase, atau nama ketika melakukan pembicaraan. Dari pengertian ini, jadi ingat istilah "Missing Font" yang dicetuskan seorang teman yang selalu mengatakan itu jika ia lupa mau mengucapkan apa ketika berbicara. Sebuah judul yang kreatif, karena orang pasti akan menyamakan letho dengan letto padahal mempunyai arti yang berbeda. Selain itu dengan judul yang aneh seperti ini juga merupakan strategi bisnis yang cukup ampuh karena membuat orang penasaran dan ingin membelinya.

Ketika album pertama "Truth, Cry and Lie" banyak yang memprediksi bahwa Letto akan bertahan sebagai band papan atas Indonesia. Prediksi ini tentu bukan tanpa alasan lagu-lagu Letto sepertinya mempunyai kekhasan sendiri yaitu dari lirik-lirik yang puitis dan meneduhkan. Kekuatan kata-kata yang penuh makna inilah yang mebuat lagu Sandaran Hati (Di album pertama) dapat menyentuh relung jiwa pendengarnya dan hal semacam ini tetap terbawa di album ketiga ini. Lirik lagu Letto bisa kita bandingkan dengan lirik lagu-lagu Ebiet G Ade, yaitu selalu meneduhkan dan selalu membawa sisi-sisi religius walau tidak selalu menyebut Tuhan dalam liriknya. Lihatlah lagu "sebelum cahaya" banyak orang menafsirkan ini tentang sholat Tahajud, atau "Bunga di Malam itu" ditafsirkan merupakan ungkapan kegembiraan ketika bertemu kanjeng Nabi dalam mimpi.Di album ketiga ini religiusitas Letto dalam bermusik tidak padam, dan sepertinya religusitas menjadi ciri khasnya, lihatlah Lirik " lubang di Hati". Beberapa kalimat mengandung metafora, yang kemudian bisa ditafsirkan macam-macam.


Kubuka mata dan kulihat dunia
Tlah kuterima anugerah cintanya
Tak pernah aku menyesali yang kupunya
Tapi kusadari ada lubang dalam hati.
Kucari sesuatu yang mampu mengisi lubang ini
Kumenanti jawaban yang apa yang dikatakan oleh hati


Walau seperti band pop lain yang selalu membicarakan cinta, tapi cinta letto tidaklah absurd, tidak cengeng bahkan muncul cinta yang hakiki yaitu cinta kepada robnya. Gaya-gaya sufistik inilah yang tidak ada di band pop lainnya. Mungkin tidak tanpa alasan jika saya menyukai group band ini karena sepertinya jiwa religiusitas yang menyejukan dan universal milik emha ainun najib menitis pada putranya noe untuk menciptakan musik yang sangat khas.

Dari sisi musikalitas Album ketiga ini lebih kaya, ada unsur jazz seperti lagu Dewa 19 di tahun 90an. Bahkan dalam album ini memasukan musik ethnic, coba dengarkan lagu "Lethalogica" berbagai macam bunyi-bunyian ada dilagu ini. Walau musiknya lebih kaya, Letto tetap pada jalur pop yang "easy Listening", hal ini tidak bisa dielakan dimana Album yang laku di jual saat ini adalah pop yang lagu-lagunya enak didengar.(WH210309)



Album lethologica bisa di download di sini (ini link punya orang lain)

0 Comments: