27.4.11

Emha

Emha Ainun Nadjib atau bisa dipanggil cak nun, seorang kyai, budayawan sekaligus sastrawan. Ia bukan lulusan perguruan tinggi terbaik tetapi lulusan universitas kehidupan terbaik. Seandainya dia mempunyai syahwat poltik praktis yang besar mungkin saja ia sudah menjadi pejabat tetapi ia memilih jalan lain yang ia sebut "jalan sunyi".

Jalan yang lebih merakyat atau mendekat ke masyarakat atau istilah kerennya grassrote, dengan jamaah maiyahnya yang tersebar di seluruh Indonesia, kalau jadi partai mungkin sudah lolos verifikasi Dephumham.



Padhangmbulan (Jombang), kenduri cinta (Jakarta), Bambang Wetan (Surabaya), Macapat syafaat (jogja), Gambang syafaat (Semarang) merupakan bukti bahwa "dakwah" yang dibawa cak nun diterima oleh masyarakat.

Dahulu pernah (secara tidak sengaja) mengikuti acara cak nun bersama kiai kanjeng di sebuah acara yang diselenggarakan mahasiswa ITN Malang, dengan kata-katanya yang 'puitis', pedas sarat kritik tetapi tidak sampai menyakiti bagi yang mendengarkan atau merasa dikritik. 
Lir ilir, lir ilir tandure wis sumilir
Tak ijo royo – royo
Tak sengguh temanten anyar
Cah angon – cah angon penekno blimbing kuwi 
Lunyu – lunyu peneen kanggo mbasuh dododiro
Dododiro – dododiro kumitir bedah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung pandang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Sun surako surak hiyo
(weha)

0 Comments: