2.2.06

Awal Untuk Maju

Setelah lebih dari satu minggu terkena penyakit sindrome kemalasan akut yang mengakibatkan tidak banyak melakukan aktivitas seperti biasanya maka mulai hari ini ku mulai bangkit untuk melawan penyakit "berbahaya" ini. Kenapa berbahaya menurutku orang yang terkena sindrome ini akan merasa sangat malas melakukan sesuatu, bahkan sesuatu yang sangat dia senangi.

Dikalangan mahasiswa sindrome ini sering melanda para mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir. Hal ini menyebabkan kemoloran masa studi, bisa-bisa kuliah bisa di tempuh selama 5 tahun jadi 10 tahun. Kan bisa dibayangkan betapa berbahayanya sindrome ini. Karena itu aku berusaha menghilangkan sindrome ini mulai dengan menulis ini.

"Niat" itu mungkin kunci untuk menghilangkan sindrome ini karena sesuatu tanpa ada niat adalah sia-sia. Aku niatkan untuk berubah tentu (inginnya) menjadi lebih baik.

25.1.06

Hak Angket DPR

seperti yang diduga usulan DPR untuk mempertanyakan dan menyelidiki kebijakan pemerintah soal impor beras melalui penggunaan hak angket dan interpelasi akhirnya kandas Dalam rapat paripurna, selasa(24/1), kedua usulan itu tidak mendapat dukungan suara mayoritas. Inilah permainan politik yang ada di DPR kita di mana DPR yang seharusnya memikirkan rakyat ternyata haya mementingkan kepentingan "pengusaha" dan "penguasa". Seperti yang terlihat sekarang, ketika sebelumnya pendukung mayoritas di DPR adalah pendukung hak angket dan interpelasi eh setelah dilakukan sidang paripurna ternyata sebaliknya yang berdiri ketika dilakukan voting kalah dengan yang duduk. Yang berdiri adalah para pengusul hak angket sedangkan yang duduk adalah penolak hak angket.

Siapa bilang DPR tidak "busuk", saya bilang DPR "busuk" tidak hanya yang menolak hak angket (yang emang busuk) yang mengusulkanpun kemungkinan juga busuk. Kenapa? menjadi rahasia umum dimana DPR selalu ada permainan kepentingan, mungkin saja yang mendukung hak angket kepentingannya tidak tersalurkan sehingga mendukung begitu juga yang menolak yang jelas-jelas seenaknya sendiri, wong jelas-jelas IMPOR beras membuat Petani semakin miskin malah menolak. Kita harus berpikir biarlah "sengsara tetapi sementara" walaupun dengan impor beras harga beras menjadi lebih mahal tetapi sebentar lagi kan "panen raya" kenapa harus impor? nati juga tercukupi dengan produksi sendiri. Dengan impor beras jelas menguntungkan vietnam(pengekspor) dan pejabat (ijin) dan penyalur(pengusaha), dimana letak rakyat kecil (petani).

Kenapa walau di ganti sudah 5 kali tetap saja tidak ada presiden yang memahami kepentingan rakyat.

24.1.06

Hari Ini Terakhir

Hari ini menjadi hari yang menentukan, dimana senin(23/1) kemarin tertunda maka hari ini selasa (24/1) majalah SOLID akan dicetak di Surabaya. Masa percetakan sendiri memakan waktu 15-10 hari jadi diharapkan saat daftar ulang senin(6/2) seluruh Majalah bisa selesai di cetak.

Untuk menyelesaikan majalah ini cukup lama, sekitar 3 bulan walaupun begitu penyelesaiannya selalu telat, karena mahasiswa kali he...he.....tidak suka di beri jadwal.....namun begitu seneng juga karena berhasil nyetak, yah walaupun harus banyak berkorban (he....he...) mulai hunting sampai sedikit nulis sampai-sampai ketiduran dibawah komputer.

Terimakasih kawan-kawan semua yang tela membantu penerbitan majalah, semoga amal kalian akan di catat oleh malaikat Ridwan.

Saat menjadi wartawan kampus

Hari ini menjadi hari yang menentukan, dimana senin(23/1) kemarin tertunda maka hari ini selasa (24/1) majalah SOLID akan dicetak di Surabaya. Masa percetakan sendiri memakan waktu 15-10 hari jadi diharapkan saat daftar ulang senin(6/2) seluruh Majalah bisa selesai di cetak.

Untuk menyelesaikan majalah ini cukup lama, sekitar 3 bulan walaupun begitu penyelesaiannya selalu telat, karena mahasiswa kali he...he.....tidak suka di beri jadwal.....namun begitu seneng juga karena berhasil nyetak, yah walaupun harus banyak berkorban (he....he...) mulai hunting sampai sedikit nulis sampai-sampai ketiduran dibawah komputer.

Terimakasih kawan-kawan semua yang tela membantu penerbitan majalah, semoga amal kalian akan di catat oleh malaikat Ridwan.

19.1.06

Cerita ketika menjadi reporter Pers Mahasiswa

Setelah dipikir-pikir Pers Mahasiswa atau media kampus sebenarnya sama saja dengan media profesional semacam kompas, Jawapos, Republika, Tempo, ataupun Detik.com. Di media umum ada Pemimpin umum, Pemimpin redaksi, Dewan redaksi, Redaksi Pelaksana, reporter di media kampus juga sama. Di media umum pasti mengenal rapat redaksi, Deadline, ataupun hunting ya sama juga kami mengenal itu. Yang membedakan sebenarnya adalah di bayar dengan tidak dibayar (mungkin terlalu naif ya), kami di media kampus tidak dibayar bisa diibaratkan seperti pekerja sosial. Lembaga Pers Mahasiswa dianggap sebagai tempat pembelajaran dan (mungkin) diklat gratis bagi para pengelolanya. Ini berbeda dengan media profesional yang lebih profit oriented sehingga seoarang yang menjadi wartawan ataupun pekerja di media tersebut diharuskan seprofesional mungkin.

Terus apa yang kami dapat ketika menjadi pengelola media kampus? yang jelas adalah pengalaman dan kepuasan. Pengalaman karena kita bisa memahami atau sedikit belajar mengenai jurnalistik. Kepuasan ketika berhasil menerbitkan sebuah media dan bisa diterima oleh khalayak umum. Ini yang mungkin berbeda dengan media umum dimana penerbitan sudah pasti dan tidak "khawatir dengan biaya" karena iklan selalu mengantri untuk ditampilkan. Kalau kami, bisa menerbitkan sebuah media sudah sangat beruntung sekali karena dananya sangat cekak.

Sebagai salah satu pengelola media kampus, saya juga mengalami hal seperti itu, menerbitkan majalah eh boro-boro untung yang ada malah rugi dan akhirnya kas lembaga amblas untuk menutupi kekurangannya. Selain itu sebagai pengelola media kampus juga harus siap mental, apalagi 1 minggu sebelum media terbit (Majalah kami terbit setiap semester). Kenapa pasti ada perasaan takut dan membayangkan hal-hal yang buruk seperti takut medaianya tidak bisa terbit. tahu sajalah kami kan pekerja sosial sehingga orang-orangnyapun tidak bisa seprofesional seperti media umum. Dideadline 2 minggu jadi eh malah 2 bulan baru jadi. Hal seperti itu sering terjadi dan pasti tidak hanya dialami oleh kami saja pasti lembaga pers mahasiswa lain juga pernah mengalaminya. Sedangkan yang paling melegakan adalah ketika berhasil menerbitkan atau selesai dicetak. wah plong rasanya....

7.1.06

Butuh Kesabaran

Jumat (6/1) pukul 15.00 rencananya ada rapat kelembagaan untuk membahas tentang permasalahan kelembagaan yang semakin ruwet.Aq sudah stanby dari pagi dan mempersiapkan segala sesuatu seperti buku, spidol dan berkas lainnya. Setelah semuanya siap, ngegame dulu ah......Akhirnya aq ngegame. Jam di SOLID sudah menunjukan 14.45 kok temen2 belum dateng juga, "ah kan belum pukul 15.00" pikirku, akhirnya aq lanjutin ngegamenya. Tepat pukul 15.00 tiba-tiba dari luar,"Assalamu alaikum"...."Walaikum salam" jawabku, ternyata yang dateng nisye. Masuk nis, sambil sedikit teriak. "mas, kok masih sepi, temen2 lain mana" tanya nisye." Biasa telat, kan indonesia" jawabku. Pukul 15.30 kok masih sepi, yang dateng cuma nand dan upix itupun pulang dengan alasan ada perlu. "mas aq keluar dulu mau rapat di bawah" akhirnya nisye pergi juga untuk rapat KKM di lantai satu. Sampai pukul 17.00 cuma badrun (kapel) yang dateng sedangkan yang lain akhirnya tidak dateng.

Analisa yang aq pikirkan kenapa teman2 tidak hadir adalah :
1. Waktu tidak tepat karena masih suasana UAS ( Sebenarnya ga masalah kan pukul 15 ujiannya udah selesai)
2. Sibuk dan ada acara (iya sih dari beberapa sms yang masuk, ada beberapa bilang tidak bisa dateng karena ada acara tapi apakah semua teman2 yang diundang sibuk semua, pasti ga kan?)
3. Males ke kampus (Nah ini yang paling mungkin dan alasan yang paling sering digunakan)

Akhirnya aq hanya bisa bersabar untuk menghadapi persoalan ini. Memang butuh kesabaran dalam menjalankan organisasi biar tetap jalan.chayoo