19.1.06

Cerita ketika menjadi reporter Pers Mahasiswa

Setelah dipikir-pikir Pers Mahasiswa atau media kampus sebenarnya sama saja dengan media profesional semacam kompas, Jawapos, Republika, Tempo, ataupun Detik.com. Di media umum ada Pemimpin umum, Pemimpin redaksi, Dewan redaksi, Redaksi Pelaksana, reporter di media kampus juga sama. Di media umum pasti mengenal rapat redaksi, Deadline, ataupun hunting ya sama juga kami mengenal itu. Yang membedakan sebenarnya adalah di bayar dengan tidak dibayar (mungkin terlalu naif ya), kami di media kampus tidak dibayar bisa diibaratkan seperti pekerja sosial. Lembaga Pers Mahasiswa dianggap sebagai tempat pembelajaran dan (mungkin) diklat gratis bagi para pengelolanya. Ini berbeda dengan media profesional yang lebih profit oriented sehingga seoarang yang menjadi wartawan ataupun pekerja di media tersebut diharuskan seprofesional mungkin.

Terus apa yang kami dapat ketika menjadi pengelola media kampus? yang jelas adalah pengalaman dan kepuasan. Pengalaman karena kita bisa memahami atau sedikit belajar mengenai jurnalistik. Kepuasan ketika berhasil menerbitkan sebuah media dan bisa diterima oleh khalayak umum. Ini yang mungkin berbeda dengan media umum dimana penerbitan sudah pasti dan tidak "khawatir dengan biaya" karena iklan selalu mengantri untuk ditampilkan. Kalau kami, bisa menerbitkan sebuah media sudah sangat beruntung sekali karena dananya sangat cekak.

Sebagai salah satu pengelola media kampus, saya juga mengalami hal seperti itu, menerbitkan majalah eh boro-boro untung yang ada malah rugi dan akhirnya kas lembaga amblas untuk menutupi kekurangannya. Selain itu sebagai pengelola media kampus juga harus siap mental, apalagi 1 minggu sebelum media terbit (Majalah kami terbit setiap semester). Kenapa pasti ada perasaan takut dan membayangkan hal-hal yang buruk seperti takut medaianya tidak bisa terbit. tahu sajalah kami kan pekerja sosial sehingga orang-orangnyapun tidak bisa seprofesional seperti media umum. Dideadline 2 minggu jadi eh malah 2 bulan baru jadi. Hal seperti itu sering terjadi dan pasti tidak hanya dialami oleh kami saja pasti lembaga pers mahasiswa lain juga pernah mengalaminya. Sedangkan yang paling melegakan adalah ketika berhasil menerbitkan atau selesai dicetak. wah plong rasanya....

0 Comments: