5.5.10

Bunga dan Tembok

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendakiadanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!
(Puisi oleh Wiji Thukul)

30.4.10

Transendensi Sang Oemar Bakri

Januari lalu, majalah Rolling Stones menempatkan Iwan Fals sebagai ikon musik terbesar negeri ini. Orisinalitas, kejujuran, dan keberanian Iwan memaknai realitas sosial menjadi alasan sulit terbantahkan, dialah Sang Maestro. Seiring bergulirnya waktu, Iwan pun bermetamorfosis. Konser penutup tur Perjalanan Spiritual Iwan Fals di Banyumas, Rabu (28/4/2010) malam, membuktikan metamorfosis trasendensi Si Oemar Bakri.

Rabu malam itu suasana di Dusun Mangunsari tak seperti biasanya. Dusun di ujung selatan Banyumas yang biasanya senyap saat malam hari itu hiruk pikuk oleh ribuan orang yang berbondong-bondong menuju Pondok Pesantren Al Falah. Selain waga sekitar, banyak yang datang dari daerah lain, seperti Cilacap, Purbalingga, bahkan Ciamis (Jawa Barat).

15.4.10

Garuda, Referensi Ilmiah Indonesia

Ada berita gembira bagi kalangan pendidik, mahasiswa, atau orang-orang yang berkecimpung di bidang keilmiahan, Departemen pendidikan nasional meluncurkan portal referensi ilmiah Indonesia, Garuda (Garba Rujukan Digital) di www.garuda.dikti.go.id. Didalam portal ini kita bisa melihat atau mendownload karya ilmiah, Hasil penelitian, ebook, skripsi, tesis dalam bentuk bahasa indonesia. 
Portal ini dikembangkan oleh direktorat P2M-Dikti Depdiknas bekerjasama dengan PDII-LIPI serta berbagai perguruan tinggi dalam hal penyediaan konten. Selain bisa mencari, di portal ini juga mempersilahkan lembaga atau instansi yang ingin bekerjasama dalam pengelolaan karya ilmiah, layanan pendistribusian dan pertukaran fulltext.
Silahkan kunjungi alamatnya GARUDA, semoga bermanfaat.

7.4.10

Sajak terakhir WS Rendra

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku

Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku

Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja".

(Sajak terakhir WS Rendra, diambil dari milis sebelah)

30.3.10

Menikah

'Nikahilah perempuan karena empat perkara, hartanya, keturunannya, kecantikannya atau agamanya. Oleh karena itu carilah perempuan yang mempunyai agama(karena kalau tidak) binasalah dua tanganmu.(HR. Bukhari dan Muslim)

6.2.10

Dahlan Iskan, Dari Seorang Wartawan Pimpin BUMN Listrik

"Saudara Dahlan, masuklah di bisnis listrik. Bantu negara kamu" kata Prof Hu, professor di Universitas tertua dan terbaik di China, Tsinhua University.(Hati Baru).

Dari kata-kata inilah Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos Grup salah satu perusahaan media terbesar di Indonesia membulatkan tekad untuk terjun di bisnis listrik dengan mendirikan PLTU 2x25 MW dengan berbahan bakar batubara di Kalimantan Timur (Kaltim). Penuh resiko, tentu karena dahulu listrik bukan salah satu bidang yang menjanjikan dan yang pasti akan terbayangkan menghadapi birokrasi yang sangat ruwet sehingga tidak banyak pengusaha yang terjun di bidang ini.

Tetapi pilihan untuk terjun ke bisnis listrik sepertinya bukan pilihan salah karena selain ia berhasil membangun PLTU di Kaltim, ia pada akhirnya menjadi orang nomor satu di PT. PLN (Persero), Perusahaan listrik milik negara, sesuatu jabatan yang sangat prestisius untuk siapapun.

Tantangannya memang begitu besar walau di kenal sebagai BUMN yang besar setelah Pertamina dan Telkom, PLN tidaklah secermelang saudaranya itu. PLN di kenal sebagai perusahaan yang selalu merugi, bahkan merupakan salah satu penyumbang terbesar kerugian BUMN(Riaupos). Selain itu sebagai sebuah perusahaan yang menguasai distribusi listrik ke masyarakat PLN di anggap tidak memuaskan pelanggannya karena begitu seringnya terjadi pemadaman listrik.

Itulah tantangannya dan di tangan Dahlan Iskan sekarang ini beban ini dipikul. Semoga beliau orang yang tepat mengatasi berbagai permasalahan PLN menyangkut ketersediaan energi listrik di masyarakat. (wahyu Hidayat, 6 Februari 2010)