26.4.09

Allah Maha Tahu

Ingin kutundukan kepala ini menyentuh bumiMu, dengan mengucapkan syukur alhamdullilah, Allah masih menjagaku. Walau perasaan ini sakit, tapi Allah telah membukakan mataku, sesuatu yang menjadi keraguanku selama ini terbukti. "Dia itu tidak baik yu, buatmu" kata temannya, tapi ku tidak percaya itu. Atau teman yang ku anggap kakakku bilang, "yu klo u bersama dia, siap-siap untuk sakit hati terus" tapi ku gak percaya itu. Karena ku masih percaya dirimu, bukankah yang penting dalam menjalin hubungan (dalam bentuk apapun) adalah kenyamanan. Tetapi hari ini, kepercayaan itu hilang. Aku malah sekarang percaya ia masih ingin bermain-main dengan cintanya, sesuatu yang tabu menurutku karena cinta bukan untuk di permainkan.

Segala kegundahanku ternyata ada jawabannya dan keputusannya juga sangat jelas . Maturnuwun gusti Allah

21.4.09

Mungkin ini Cinta?

"Seandainya kaulah jodohku yang tertulis di lauh mahfudz, Allah pasti menanamkan rasa kasih dihatiku juga dihatimu". Sebuah pesan pendek yang begitu menyejukan bagiku, disaat hati sedang galau, di saat hati sedang merintih, pesan pendek ini seperti air yang menghilangkan dahagaku.

Entah mengapa dalam beberapa hari ini hatiku jauh dari tenang, kucoba sekuat hatiku untuk menjauhkan wajahmu dari pikiranku tetapi wajahmu malah selalu hadir dan membuat diriku semakin gelisah. Apakah aku memang jatuh cinta kepadamu? semoga saja tidak, semoga ini hanya sementara waktu saja yang akan hilang seiring berjalannya waktu. Saat ini sungguh ku masih takut jatuh cinta, juga kepadamu. Rasa traumatik masih membekas di hatiku ketika cinta pertamaku dulu dipisahkan oleh orang tua, bagaimana sakitnya ketika kuterpaksa bilang "maaf kita putus" kata-kata yang menyakitkan bagi setiap cewek yang mendengarnya, ku yakin itu.

Setelah itu perjalanan hidupku memang tanpa cinta walau kadang-kadang kumerindukannya. Walau tanpa cinta, ku mencoba dekat dengan cewek dengan harapan cinta itu akan muncul di hatiku. Ketika ku dekat atau mencoba mendekati cewek kadang perasaan suka (tapi belum cinta) itu muncul begitu meluap-luap membuatku seperti orang 'gila' tetapi perasaan itu padam perlahan-lahan dan akhirnya aku menjauhinya.

Maaf aku masih belum percaya yang aku rasakan ini adalah cinta dan mungkin besok, lusa atau entahlah waktunya kapan ku akan percaya. Bukankah aku selalau berdoa " ya Allah jika dia memang jodohku dekatkanlah, tapi jika dia bukan seseorang yang terbaik bagiku menurutMu jauhkanlah ".

Wahyu Hidayat 21 April 2009

11.4.09

Cinta karena Allah dan Mencintai karena Allah

Beberapa minggu yang lalu merupakan minggu yang berat, dimana aku berusaha mengembalikan semuanya seperti "biasa" lagi, ya cinta yang "menggebu-gebu" menjadi cinta yang "biasa". Minggu kemarin anggap saja adalah kealpaanku atau sebuah kehilafan sehingga aku seperti terjebak dalam gua tanpa udara..huh sesak. Kesendirian dan butuh seorang teman memang celah untuk seseorang masuk dalam hatiku, tentu bukan karena dia mirip orang yang kukagumi tapi dia satu-satunya perempuan saat ini yang mampu membuatku sedikit berpaling untuk sekedar melihat wajahnya.

Minggu ini kondisiku lebih baik, ku memang berusaha memasrahkan semuanya pada gusti Allah seperti kata-kata seorang teman "Cinta karena Allah dan Mencintai karena Allah". Dengan begitu hatiku lumayan lapang dan memang seharusnya begitu. Tidak ada atau minimal berkurang pikiran kenapa dia seperti itu, kenapa dia begitu, dia sama siapa dan seterusnya, ...yah karena diriku bukan siapa-siapa ataupun seandainya diriku dianggap berarti olehnya anggap itu hanya sebuah awalan yang baik untuk sebuah masa depan yang baik.

Malam ini ku ingin bersujud di hadapMu, memohon ampunanMu, berdoa semoga cita-citaku terkabul dan bersyukur karena aku masih selalu di ingatkan ketika kealpaan. Thanks God

Wahyu Hidayat, 11 April 2009

7.4.09

Memerdekaan Hati Baru


" Buku ini tidak sebaik Ganti Hati yang saya terbitkan akhir tahun 2007 lalu. Buku Hati Baru ini tidak memiliki unsur "drama" sebagaimana yang tergambar secara kuat di buku Ganti Hati" (Hati Baru, 2008 :1)

Begitulah salah satu keresahan Dahlan Iskan mengenai buku Hati Baru yang merupakan buku kedua tentang proses ganti hati. Buku Ganti Hati merupakan buku fenomenal yang laku sekitar 200.000 eksemplar, kesuksesan ini tentu sangat sulit di ulang untuk buku Hati Baru. Selain berbeda setting waktu dan kejadian, buku kedua ini seperti di 'paksa' kan ada hanya untuk sebagai bentuk 'laporan pertanggungjawaban' begitu istilah Pak Dahlan setelah satu tahun proses ganti hati.

Dengan gaya bertutur seorang jurnalis buku Ganti Hati mampu membius pembaca untuk mendalami dan menghayati bagaimana proses ganti hati seorang Dahlan Iskan. Hal ini berbeda dengan buku Hati Baru, selain tulisannya kurang mengalir, alur satu tulisan dengan yang lainnya juga kurang padu, seolah-olah tulisan satu dengan lainnya berdiri sendiri dan yang disayangkan dari buku Hati Baru ini adalah banyaknya pengulangan isi cerita, cerita yang sudah dikisahkan dalam tulisan satu dikisahkan ulang di tulisan lainnya.

Bergelut dengan hati baru dalam setahun merupakan hal yang menarik, lebih menarik lagi ini terjadi pada Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos salah satu perusahaan media cetak terbesar di Indonesia. Banyak cerita yang memang bisa diceritakan, tentu saja tidak hanya bagi orang-orang yang mempunyai penyakit hepatitis saja tetapi bisa menjadi hikmah untuk semua orang bahwa hidup ini sangatlah berharga. Sebagai CEO Jawa Pos dan berbagai posisi di beberapa perusahaan dan organisasi kemasyarakatan membuat dia sangat sibuk dan kesibukan tersebut tidak berhenti setelah proses transplatasi hati. Akibat kesibukan inilah perjuangan beliau untuk tetap menjaga agar kondisi selalu fit menjadi sangat berat. Bagaimana beliau harus pergi ke India, China dan beberapa kota di Indonesia dalam kondisi belum genap satu tahun ganti hati, sesuatu yang riskan tentunya karena ini taruhannya adalah nyawa. Berbagai peristiwa konyol seperti salah makan obat atau salah dosis atau sok keminter menjadi hikmah sendiri bagi pembaca terutama orang-orang yang sudah, sedang atau akan menjalani ganti hati, apalagi berbagai pengalaman tentang proses pengawasan setelah ganti hati. "Trust is good, control is Better" itulah kata-kata yang diucapkan oleh Robert Lai, sahabatnya yang selalu terngiang di telinga Dahlan Iskan, bagaimanapun kepercayaan itu adalah baik dan mengontrol kepercayaan adalah lebih baik. Kata-kata yang membuat Dahlan Iskan harus super-super disiplin dalam menjaga dirinya sendiri walaupun tanpa pengawasan orang lain.

Buku Hati Baru ini walaupun tidak seemosional buku pertama namun mampu memberi nilai tambah positif bagi pembaca karena selain menceritakan tentang 'perjuangan' untuk menjaga agar hatinya tetap merah, buku ini juga banyak menceritakan tentang 'perjuangan' dalam membangun perusahaannya, tidak hanya itu pemikiran-pemikirannya tentang politik, ekonomi ataupun wacana kebangsaan juga terselip diantara tulisan-tulisannya. Berbagai cerita tentang perjalanan jauhnya menjelajah India dan China sepertinya juga ingin menyentil Indonesia, bahwa negara sebesar China dan India saja bisa maju kenapa negara kita yang mempunyai potensi alam yang melimpah dan SDM yang banyak sulit sekali maju. "Ayo kita tiru China dan India dalam kemajuan ekonomi dan sumber daya manusianya dan juga pengelolaan negara" sebuah pesan yang ingin diucapkan oleh Pak Dahlan tetapi kelu diucapkan dalam kata-kata di tulisan-tulisannya.

Sepertinya Dahlan Iskan memang sangat mengerti apa yang dilakukannya, ketika orang belum mengenal TV lokal, Dahlan Iskan telah mengibarkan Jawa Pos TV (JTV) yang lalu di ikuti dengan berdirinya TV-TV lokal di berbagai daerah di Indonesia. Ketika orang belum belum banyak membicarakan tentang otonomi daerah, Dahlan Iskan dengan Jawa Pos Group-nya mampu membangun jaringan surat kabar di daerah-daerah dengan content lokal lebih banyak. Satu lagi keberanian Pak Dahlan adalah terjun dalam bidang listrik sesuatu yang sangat di takuti oleh para pengusaha karena selain kemungkinan rugi besar juga akan berhadapan dengan birokrasi yang sangat ruwet. Adalah Prof Hu, professor di Universitas tertua dan terbaik di China, Tsinhua University yang mengobarkan semangat untuk masuk dalam bisnis listrik "Saudara Dahlan, masuklah di bisnis listrik. Bantu negara kamu" (Hati Baru 2008:107). Semangat yang berkobar-kobar untuk membantu negara inilah yang membulatkan tekad untuk terjun di bisnis listrik. Maka berdirilah PLTU 2x25 MW dengan berbahan bakar batubara di Kalimantan Timur (Kaltim). Perlu diketahui Kaltim adalah daerah penghasil batubara terbesar di Indonesia tetapi sayang di sana sangat miskin listrik, bahkan hampir setiap hari byar-pet. Hal ini disebabkan Power Plant milik PLN kebanyakan menggunakan ginset berbahan bakar solar dan ini tentu saja sangat mahal.Memang sejak lama permasalahan listrik di Indonesia tidak pernah selesai, selain semakin seringnya dilakukan pemadaman bergilir juga masalah power plant yang tidak sebanding beban yang ditanggungnya. Meraih kesuksesan seperti Pak Dahlan memang tidak mudah dan itu butuh perjuangan dan pengorbanan, maka buku ini menjadi sangat menarik bukan hanya karena tulisannya tetapi juga karena penulisnya adalah Dahlan Iskan.

Dengan tidak menampik berbagai kekurangan buku ini, Buku ini sangat enak dibaca saat santai karena bahasanya ringan, mudah dipahami dan cukup inspiratif. (Wahyu Hidayat, 5 April 2009)

(Resensi untuk Newsletter Simpul Demokrasi)